Menitip Kisah kepada Penjaga Peradaban: Refleksi Amir Kasim dalam Menyusun Ulang Arah Hidup


 

Batam, 26 Juli 2025 — Dalam sebuah momentum yang penuh makna, tokoh masyarakat Batam, Amir Kasim, mencurahkan kisah hidup dan perenungannya kepada seorang sosok yang ia anggap sebagai "penjaga peradaban" di Kepulauan Riau: Nursalim Turatea. Melalui tulisan reflektif berjudul “Menitip Kisah kepada Sosok Penjaga Peradaban”, Amir tidak hanya mengisahkan perjalanan pribadinya, tetapi juga menyampaikan penghormatan mendalam kepada sosok yang telah lama berdedikasi pada dunia literasi, kebudayaan, dan intelektualitas di wilayah Melayu ini.

Nursalim Turatea dikenal luas sebagai figur yang aktif di berbagai bidang keilmuan dan kebudayaan. Ia saat ini menjabat sebagai Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Indonesia Provinsi Kepulauan Riau, Ketua Afiliasi Pengajar, Penulis, Bahasa, Sastra, Budaya dan Desain (APPBSBD) Kepri, serta Ketua Asosiasi Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia (ADOBSI) Kepri. Dalam pandangan Amir Kasim, sosok Nursalim tidak hanya sekadar pemimpin formal, melainkan penjaga nilai dan pemelihara nalar publik di tengah arus zaman yang kian kompleks.

“Beliau adalah sosok yang mampu mendengar sebelum menulis, memahami sebelum menilai, dan menyentuh hati sebelum mengabarkan,” tulis Amir, dalam narasi yang sarat ketulusan.

Pertemuan yang direncanakan pada sore hari itu menjadi titik awal dari sebuah ikhtiar batin untuk merefleksi ulang perjalanan hidup, menyusun harapan baru, dan menyemai nilai-nilai spiritual dan intelektual dalam tapak kehidupan selanjutnya. Dengan ketulusan, Amir menitipkan kisah hidupnya kepada Nursalim Turatea—bukan sekadar untuk diceritakan, tetapi untuk dirawat dan dijadikan bagian dari narasi kolektif bangsa.

Amir Kasim menggarisbawahi bahwa meskipun ia bukan tokoh terkenal atau pemimpin berpengaruh, setiap manusia berhak memiliki narasi yang layak dibagikan. "Hidup menjadi lebih bermakna jika kita mampu mengabadikan pengalaman menjadi hikmah," ujarnya.

Dalam suasana batin yang mendalam, Amir menyampaikan bahwa ia berharap pertemuannya dengan Nursalim bukan sekadar ajang berbagi cerita, tetapi menjadi tonggak penting untuk menyusun ulang tujuan hidup dengan lebih bermakna.

Ucapan terima kasih Amir kepada Nursalim mencerminkan penghargaan atas keterbukaan, welas asih, dan kesediaan tokoh tersebut dalam membuka ruang bagi siapa saja yang ingin merangkai kisah hidupnya menjadi bagian dari sejarah kebudayaan.

“Sejatinya, sejarah besar bangsa ini tak hanya ditulis oleh tokoh besar, tetapi oleh orang biasa yang berani menjadikan hidupnya berarti,” tutup Amir dengan kalimat yang menggugah kesadaran akan pentingnya peran setiap individu dalam membangun peradaban.

Narasi ini bukan hanya menjadi catatan pribadi seorang Amir Kasim, tetapi juga menjadi inspirasi bagi siapa saja yang ingin menuliskan kisah hidupnya dengan kejujuran, keberanian, dan harapan.(Yanti)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama