Menata Peradaban Batam: Prof. Chalullulah Serukan Pendidikan Berbasis Nilai Spiritual


 

Batam, 2025 — Di tengah pesatnya laju industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi Kota Batam, Guru Besar Universitas Batam, Prof. Dr. Ir. Chalullulah Wibisono, MM, mengingatkan pentingnya menyeimbangkan pembangunan fisik dengan pembentukan karakter spiritual. Menurut Wakil Ketua Umum MUI Kepri sekaligus Ketua FKUB Kota Batam ini, arah pembangunan saat ini cenderung mengabaikan aspek moral dan kemanusiaan yang menjadi fondasi utama peradaban.

“Pembangunan bukan hanya tentang infrastruktur dan investasi, tetapi juga tentang membentuk manusia yang utuh—berilmu, berakhlak, dan beriman,” tegas Prof. Chalullulah dalam refleksi akademiknya.

Ia menyoroti bahwa sistem pendidikan Indonesia, termasuk di Batam, masih dominan menekankan prestasi akademik, tanpa mengakar kuat pada nilai-nilai etis dan spiritual. Akibatnya, banyak lulusan berpendidikan tinggi justru terjebak dalam praktik amoral, termasuk korupsi. Data KPK 2023 bahkan menunjukkan mayoritas pelaku korupsi berasal dari kalangan terdidik.

“Ilmu tanpa iman hanya akan melahirkan kehancuran. Kita butuh sosok ulil albab—mereka yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga jernih nuraninya dan luhur akhlaknya,” ujarnya.

Konsep ulil albab menurut Prof. Chalullulah merupakan solusi untuk menjawab krisis multidimensional saat ini. Ia menyerukan reformasi pendidikan di Batam agar tidak sekadar mencetak tenaga kerja terampil, melainkan juga membentuk insan yang bijak, peduli, dan bermoral.

Lebih lanjut, ia mendorong kolaborasi aktif antara sekolah, lembaga keagamaan, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam membangun ekosistem pendidikan berbasis nilai. Batam, katanya, baru layak disebut bandar dunia madani jika dipimpin oleh manusia-manusia yang tercerahkan oleh ilmu dan dituntun oleh cahaya iman.

“Gedung-gedung tinggi tidak menjamin kemajuan. Yang kita butuhkan adalah manusia berjiwa besar dan berhati bersih—itulah inti pembangunan sejati,” pungkasnya.

Prof. Chalullulah menutup dengan harapan agar Batam bukan hanya menjadi kota industri, tetapi juga simbol peradaban yang mencerminkan harmoni antara ilmu dan spiritualitas.

(Yanti)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama