Batam, 6 Oktober 2024 – Dalam nuansa khidmat dan penuh kebersamaan, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Ibrahim, Perumahan Palem Raya, menjadi sebuah momen bersejarah yang tak hanya menyatukan warga, tetapi juga menghidupkan tradisi budaya khas Turatea, Jeneponto. Acara ini, yang berlangsung dengan meriah, menciptakan jalinan persaudaraan yang erat di antara masyarakat, memperlihatkan betapa kuatnya tali kebersamaan dalam momen suci ini.
Menggugah Selera dan Hati: Bakul Maudu yang Berwarna Ceria
Momen spesial ini diawali dengan hadirnya bakul Maudu, sebuah wadah berwarna ceria yang diisi dengan songkolo—nasi ketan yang disajikan bersama ayam dan telur. Hidangan yang tidak hanya menggugah selera ini melambangkan harapan dan keberkahan bagi setiap individu yang hadir. Para warga dengan semangat terlihat menghias bakul Maudu, menandakan bahwa perayaan ini lebih dari sekadar ritual keagamaan, tetapi juga kesempatan untuk memperkuat ikatan persaudaraan dan rasa syukur kepada Allah SWT. Kebersamaan dalam persiapan dan penyajian hidangan ini menggambarkan betapa tradisi tetap hidup di tengah perubahan zaman.
Lantunan Merdu dan Haruman Minyak Wangi: Memperkuat Spirit Acara
Keberagaman acara semakin semarak dengan penampilan grup kompang yang melantunkan lagu-lagu islami. Suasana meriah dan penuh semangat begitu terasa ketika sosok H. Koasa hadir, menyemprotkan minyak wangi kepada setiap peserta. Tradisi ini melambangkan kasih sayang dan keberkahan, menciptakan atmosfer yang syahdu di tengah keramaian. Dipandu oleh pimpinan kompang dari Majlis Ta’lim Sagulung, setiap irama yang mengalun mengingatkan kita akan keindahan dan makna spiritual dari perayaan ini.
Dukungan Komunitas dalam Melestarikan Budaya Lokal
Kehadiran tokoh masyarakat, termasuk Lahaseng dari komunitas KITA, menegaskan komitmen bersama untuk melestarikan budaya lokal. Dalam sambutannya, Kawati, selaku sekretaris panitia, mengungkapkan pentingnya acara ini sebagai wadah untuk menjaga tradisi. “Bakul Maudu yang berisi songkolo, ayam, dan telur bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga ungkapan rasa syukur dan kekuatan kebersamaan yang harus kita jaga,” katanya dengan penuh semangat. Ucapan tersebut menggugah kesadaran akan pentingnya menjaga identitas budaya di tengah tantangan globalisasi.
Pesan Religius yang Menggugah Jiwa: Merenungi Makna Maulid
Acara ini semakin lengkap dengan penampilan grup hadrah Kecamatan Sagulung yang mengalunkan syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Ustadz Lambar, S.H.I. memberikan ceramah yang menggugah hati, mengajak jamaah untuk merenungkan esensi dari perayaan Maulid. Dalam ceramahnya, beliau menekankan, “Maulid Nabi adalah saat yang tepat bagi kita untuk merefleksikan nilai-nilai yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Beliau adalah teladan dalam menjaga persaudaraan dan kasih sayang.” Pesan ini semakin menegaskan pentingnya menjaga komunikasi yang baik dan berperan aktif dalam kegiatan sosial guna memperkuat ikatan antar warga.
Sambutan Berharga dari Para Tokoh Masyarakat
Suasana khidmat semakin terasa saat Ibu Nurhayati membacakan ayat suci Al-Qur'an. Sitti Surriyah, S.Pd., panitia pelaksana, juga memberikan sambutan yang penuh harapan untuk saling bahu-membahu menyukseskan acara ini. “Kami berharap di masa depan, acara serupa dapat berlangsung lebih baik dan lebih ramai,” tuturnya dengan penuh optimisme. Camat Batu Ampar pun memberikan sambutan, menekankan pentingnya menjaga silaturahmi dan kekompakan antar warga. “Mudah-mudahan acara kedepannya bisa lebih ramai dan lebih istiqomah. Mari kita sumbangkan hak suara kita pada 27 November 2024 dengan mengikuti nurani yang terbersih di dalam hati,” ujarnya, mengajak semua untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Puncak Perayaan: Momen Kebersamaan dalam Hidangan
Sebagai puncak dari perayaan, seluruh jamaah berkumpul di meja besar untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan. Momen makan bersama ini bukan sekadar menyantap makanan, tetapi menjadi simbol persatuan dan kebersamaan. Hidangan songkolo, ayam, dan telur dari bakul Maudu dibagikan secara merata, menimbulkan rasa syukur dan kebahagiaan di antara semua yang hadir. Suasana hangat dan tawa riang menambah kesan mendalam dalam perayaan ini, mengingatkan kita akan pentingnya berbagi dan saling mendukung.
Kesimpulan: Merajut Kebersamaan dan Melestarikan Budaya dalam Kehidupan Sehari-hari
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan sentuhan tradisi Turatea, Jeneponto, di Batam berhasil menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan gotong royong di tengah masyarakat. Kehadiran tokoh-tokoh seperti Lahaseng, Kawati, dan Massiara, serta partisipasi aktif warga, semakin menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya dan spiritual di tengah derasnya arus modernisasi. Acara ini bukan sekadar momen religius, tetapi juga sebagai sarana untuk melestarikan identitas budaya dan memperkuat persaudaraan di perantauan.
Dalam momen berharga ini, masyarakat Batam tidak hanya merayakan kelahiran Rasulullah, tetapi juga meneguhkan kembali komitmen untuk menjaga nilai-nilai luhur yang mengikat mereka sebagai satu kesatuan, penuh kasih sayang dan saling mendukung. Sebuah perayaan yang bukan hanya mengingat masa lalu, tetapi juga memperkuat ikatan masa depan yang lebih baik, harmonis, dan penuh makna bagi generasi mendatang. (Nursalim Turatea)




Posting Komentar